Kamis, 14 Oktober 2010

Antara Kekayaan, Kesuksesan & Cinta: Pilih Mana??!

Suatu ketika di siang hari, saat seorang wanita muslimah yang kembali pulang ke rumah, dia melihat 3 orang pria berjanggut. Mereka duduk-duduk di halaman depan  rumah. Sedangkan di wajah mereka tergambar rasa letih dan lapar.
“Permisi, aku tidak mengenal kalian, tapi aku yakin kalian semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, Alhamdulillah aku punya sesuatu sekedar untuk menganjal perut.” Sapa wanita itu kepada mereka.
“Apakah suamimu sudah pulang?” Salah satu pria berjanggut itu malah balik bertanya. “Belum, dia sedang keluar.” Jawab wanita itu.
“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu kembali.” Sahut pria itu lagi.
Senja pun tiba. Si suami  sudah tiba di rumah dan mereka sekeluarga berkumpul. Lalu, si isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya tertegun, lalu dia berkata pada istrinya.
“Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini.”
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka semua untuk masuk ke dalam.
“Terima kasih, tapi maaf, kami semua tak biasa masuk bersama-sama”, kata pria itu hampir bersamaan.
”Lho, kenapa?” tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,”katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Cinta.
Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu. Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar.
Suaminya pun merasa heran.
“Wah… menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kesuksesan masuk ke dalam. Aku ingin hidup dengan penuh kesuksesan. Dia bisa membantu keberhasilan panen gandum kita.” Kata suami.  Namun, Istrinya tak setuju dengan pilihan itu.
Ia bertanya, “sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kekayaan saja? Sebab sepertinya rumah kita perlu di isi dengan harta dan kemewahan.“ selasang isteri.
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Dia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah.
“Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta.”
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka.
“Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita.” Seru sang suami kemudian.
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa di antara kalian yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, anda menjadi tamu kami malam ini.
Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.
“Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?” Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan.
“Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar.”
Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan.

Cinta  Adalah Fitrah

Cerita ilustratif ini saya kembali sajikan di blog ini, tidak lain karena kita sering salah kaprah memaknai tujuan hidup. Cerita tadi menampilkan di mana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus.
Sayangnya, kalangan muda saat ini sering salah memaknai cinta. Ia banyak ditafsirkan dengan asmara pria-wanita saja. Penggunakan kata “jatuh” (fall in) dalam cinta tidak dapat dipungkiri telah turut serta mencetak pola perilaku yang “jatuh”, “rendah” atau “hina”pula.  Kebohongan, kesombongan, dan keserakahan lalu menjadi hiasan. Bahkan, ada praktik “kumpul kebo” demi alasan cinta (na’udzu billah).
Karena cinta dimaknai jatuh, maka mereka yang sudah mencintai, seakan tak berdaya. Yang pandai berperilaku bodoh, yang kuat berperilaku lemah. Benarkah cinta itu demikian? Kita tentu harus menjawab, “TIDAK!”
Karena cinta, harusnya manusia itu malah bangkit. Yang lemah lalu menjadi kuat. Yang bodoh lalu menjadi pintar. Bukan malah sebaliknya. Jika kalian merasakan sebaliknya, maka berhati-hatilah. Karena itu bisa jadi adalah jeratan nafsu. Sebab, nafsu itu selalu menjerumuskan manusia pada kelemahan, kebodohan dan kehinaan.
Firman Allah dalam surat Yusuf : 53:
53. dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Ayat di atas, begitu tegas menyebut kalau nafsu selalu menjerumuskan manusia pada kejahatan. Kecuali nafsu yang dirahmati oleh Allah swt.  Di antaranya seperti nafsu makan dan minum, dsb.
Cinta yang diterjemahkan sebagai pemuasan nafsu semata justru mengingkari makna cinta itu sendiri. Karena cinta itu adalah rahmat Allah swt sebagai fitrah. Jadi, jika merasakan cinta, seketika harus kembali kepada fitrah. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan fitrah di sini? Coba perhatikan firman Allah swt QS. Arrum: 30 berikut ini.
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Fitrah Allah di sini maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah bersamaan dengan anugrah naluri beragama Yaitu agama tauhid. Dengan kata lain,  kalau ada manusia tidak beragama tauhid, atau bahkan berperilaku bagai orang tak beragama, maka hal itu di luar kewajaran. Karena itu, di samping dimaknai sebagai penciptaan, fitrah juga dimaknai dengan aturan Allah atau agama-Nya.
Maka, pastaslah Syekh al-Zarnuji memberikan tips sukses menutut ilmu, yaitu harus niat mencari ridha Allah swt agar manusia tidak keluar dari fitrah. Demi fitrah ini pula,  murid hendaknya mencintai ilmu, hormat kepada guru, keluarganya, sesama penuntut ilmu lainnya, sayang kepada kitab dan menjaganya dengan baik, bersungguh-sungguh dalam belajar dengan memanfaatkan waktu yang ada, ajeg dan ulet dalam menuntut ilmu serta mempunyai cita-cita tinggi dalam mengejar ilmu pengetahuan (Kitab Ta’lim Muta’allim, 25-26)
Bagaimana kita bisa merasakan cinta itu sebagai fitrah? Caranya, jalanilah cinta itu demi Allah swt. Artinya, bila kalian merasakan cinta maka syukuri cinta itu, rawatlah baik-baik, dan ungkapkanlah dalam niat, perilaku dan sikap sesuai dengan apa yang telah digariskan Allah. Jika mencinta sesuai karena Allah, maka yang akan membimbing kalian adalah Allah swt sendiri.
Sebagai contoh, jika kalian menintai orang tua kalian, maka hormati, berbakti dan berdoalah untuk orang kalian, Karena semua hal itu adalah ketentuan Allah. Jika kalian mencintai teman kalian, maka hormatilah yang besar dan sayangilah yang lebih kecil, karena itu juga ketentuan Allah. Jika kalian mencinta ilmu, maka pelajarilah ilmu itu dengan penuh kesabaran dan hindari kesombongan agar ilmu yang diperoleh manfaat. Jika kalian mencintai lawan jenis, maka tundukkanlah pandangan, janganlah berkhalwat / nyepi dan  berperilaku mendekati zina sampai kalian tiba pada saatnya menjadi halal setelah akad nikah dilakukan. Demikian seterusnya.
Karena itu, mari kita jaga diri kita dengan cinta yang fitri itu, yaitu cinta demi Allah. Menjalankan apa yang diperintahkan-Nya dengan penuh suka cita dan penuh harap, serta menjauhi apa yang dilarang-Nya dengan penuh kerelaan.
Cinta yang seperti inilah yang akan menuntun kalian pada kehidupan yang mulia, karena kesuksesan atau kekayaan akan menyertai. Namun, jika kalian hidup hanya niat demi mengejar kesuksesan dan kekayaan semata, maka kehidupan penuh cinta yang damai dan harmonis karena di bawah lindungan Allah tidak akan menyertai kalian. Banyak orang sukses, tetapi dia juga banyak musuh. Banyak orang kaya, tetapi mereka tak mampu menikmati kekayaannya.

Sekarang, Shodaraku semua pilih yang mana?  :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar