Senin, 04 Oktober 2010

Kisah Abu Bakr Al-Miski rahimahullahu...

Kisah Abu Bakr Al-Miski rahimahullahu


Dia digelari Al-Miski (berbau misik/minyak wangi) karena sebuah kejadian. Ada seorang wanita meminta agar Abu Bakr masuk ke dalam rumahnya. Abu Bakr adalah seorang pedagang. Maka beliau pun masuk. Ternyata wanita itu menginginkan perbuatan yang haram. Wanita itu dengan cumbu rayunya mengajak untuk berzina...  Untuk itu, dia (wanita tersebut) menutup pintu rumahnya. Lalu apa yang dilakukan Abu Bakr disaat spt itu? Dia berdoa agar diberikan ilham yang baik supaya selamat dari jerat laknat ini......

Kemudian dia bekata: “Saya ingin ke kamar kecil.” Kemudian di dalam kamar mandi (WC) dia meremas-remas perutnya sampai mulas, berusaha agar dapat buang air besar. Akhirnya setelah dapat buang air besar, dia melaburi tubuhnya dengan kotoran/tinja/feses dan keluar dari kamar mandi dengan bau tubuh yang...(bayangkan sendiri)... Wanita itu merasa jijik dan menjauh darinya lalu membuka pintu mengusir keluar Abu Bakr dari rumahnya, akhirnya Abu Bakr pun keluar meninggalkan wanita itu serta selamat dari belenggu perzinaan yang dijeratkan sang wanita tersebut. Ini adalah pertolongan Allah. Sejak saat itulah tubuhnya berbau miski (meskipun tidak menggunakan minyak wangi). Wallahu a’lam.

Shohabatku semua, jatuh cinta karena semata rupa yang elok termasuk hal-hal yang disebabkan oleh unsur kesyirikan. Semakin jauh seseorang dari keikhlasan, semakin dekat kepada kesyirikan, maka cintanya kepada rupa yang elok semakin kuat. Semakin kuat tauhid dan keikhlasan seseorang semakin jauh dia dari godaan rupa yang elok. Kenyataan inilah pula yang menjerumuskan istri pembesar yang ingin memperkosa Yusuf. Sedangkan Nabi Yusuf q selamat dari perbuatan tersebut karena keikhlasannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

“Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Yusuf: 24)
Kata السُّوءَ (kemungkaran) di sini bermakna al-’isyq (cinta) sedangkan الْفَحْشَاءَ (kekejian) adalah perbuatan zina. Orang yang mukhlash ialah orang yang memurnikan cintanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala pun membersihkannya dari fitnah ‘isyq terhadap rupa. Dan orang yang musyrik, hatinya terpaut kepada sesuatu selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak membersihkan tauhid dan cintanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar